Kamis, 06 Agustus 2009

PERJALANAN SPRITUAL KE TANAH SUCI ( Bag 2 )

Assalamu'alaikum wr wb

Sebelum melaksanakan ibadah umroh, kok yao...banyak sekali hambatan ---ini menurut pendapat saya yang pada akhirnya keliru besar. Terus terang, uang saya untuk bisa mendaftar pas-pasan. Artinya selalu pas kurang terus , maklum waktu itu ( th 2005 ) kurs dollar enggak karuan. Hari ini 1$ = Rp. 15.000. Pas mau mendaftar sudah jadi Rp. 17.000.

Kalau saya hitung bolak-balik Rembang-Jogyakarta ( Saya mendaftar via biro travel Amanah Semesta) ada kok 5 kali. Tapi wong saking ngempet kebelet, sama sekali tak ada rasa capek. Oh, iya waktu itu, datangnya Ramadhan tinggal hitungan 2 hari. Padahal saya sudah nyangkani 20 hari sebelumnya.

Tapi memang Allah itu bener-bener Rahman Rahim, memilihkan saya waktu umroh ketika bulan puasa memasuki hari ke 5. Andaikan Allah mencukupkan uang saya waktu mendaftar pertama-- berangkat sebelum puasa dan pulang juga belum bulan puasa-- tentu saya tidak akan mencicipi puasa di tanah suci. Jadi menurut saya banyaknya hambatan ketika mendaftar umroh, ternyata itulah cara Allah mengatur yang terbaik untuk saya.

Setelah semua clear, sayapun tinggal menanti waktu keberangkatan dengan kembali bekerja sebagaimana biasanya. Saya jalani semua, tanpa seorangpun --kecuali isteri saya dan adik saya--yang tahu bahwa 4 hari lagi saya bakal terbang ke tanah suci. Kedua orang tua dan mertua sayapun tidak tahu, apalagi tetangga saya. Saya diem.

Orang tua hanya tahu saat saya sowan memohon do'a restu selepas magrib sehari sebelum saya berangkat ke jogyakarta. Kedua orang tua saya kaget. Enggak percaya blas. Lha wong saya itu lebih punya potongan nggak punya duit setiap harinya daripada punya, lha kok mau umroh. Ketika ditanya oleh ibu, berapa uang saku yang dibawa. Saya menjawab jujur, cuman 600 ribu thok. Lha wong makan dan tour semua sudah tanggungan travel biro kok, enggak sangu sebetulnya enggak apa-apa.

Karena mungkin enggak tega sama anaknya yang sulung, ibu kasih tambahan sangu. Babe juga. Mbakyu-mbakyu ipar saya sama nyangoni juga. Alhamdulillah, bisa beli oleh-oleh tas buat isteri, anak dan mbakyu-mbakyu saya di pasar seng.

Saya berangkat dari rumah jam 6 pagi yang saya perkirakan sampai Jogyakarta kira-kira jam 10 an. Jadi bisa istirahat di rumah kakak ipar sekitar 4 jam. Persiapan saya biasa saja, enggak lebih seperti saya mau ke Semarang. Jadi tidak nampak sama tetangga.

Ketika saya mau keluar rumah saya berdoa begini :

" Ya, Allah saya hendak menunaikan ibadah umroh. Hamba mohonkan kepadaMu supaya perjalanan saya tidak sia-sia dan jangan Engkau sia-sia kan perjalanan ini ". Do'a itu terus saya baca dalam hati hingga saya pulang kembali.

Dan sebagaimana pengunjung tahu, banyak peristiwa dan kejadian dan pengalaman spiritual ketika saya menunaikan ibadah umroh. Dari apa itu hakikat ikhlas, hakikat kemanjuran sebuah do'a di kota suci dsb. Itu Oleh-oleh dari Allah yang saya bawa. Subhanallah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TIP : NIAT ZIARAH KE MASJID NABAWI

Assalamu'alaikum wr wb

Awal mulanya niatkanlah ziarah ke masjid Nabawi, sebab saya membaca ada sebuah hadist yang mengatakan bahwa niatkan berziarah hanya 3 tempat, yakni Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan Masjidil Aqsa.

Di bawah kubah Hijau adalah makam Rasulullah, yang jika dari pintu nomor satu, lurus terus ke kiri. Sedangkan batas Raudah--taman surga-- berada diantara 4 tiang dengan warna yang berbeda dengan tiang lainnya.

Sesampai di Raudah, mari kita ikuti apa yang pernah dilakukan sahabat Ibnu Umar. Ibnu Umar, jika masuk Raudah, sholat 2 rekaat, berdo'a kemudian segera meninggalkan Raudah.

Sesampainya di makam Nabi, beliau mengucapkan salam pada Nabi, Abu Bakar Dan Umar bin Khattab. Kemudian beliau berlalu.

Sebagaimana diketahui Ibnu Umar meniru Nabi sampai ha-hal kecil seperti ketika Nabi hendak menunaikan ibadah haji, beliau pernah berhennti sebentar di bawah pohon di suatu tempat, maka Ibnu Umar pun menirunya.

Karena Raudah tempatnya sangat terbatas, maka alangkah mulianya jika kita tidak berlama-lama di situ. Cukup seperti yang dilakukan Ibnu Umar.