Kamis, 13 Agustus 2009

KUDAPATKAN APA ITU IKHLAS

Di Depan Ka'bah--- saat umroh--- teman saya satu kamar, kedua-duanya menitikkan air matanya bahkan menangis sesenggukkan. Harap diketahui saya dan teman itu, baru sekali ini berdiri di depan Ka'bah. Kemudian saya tanya kenapa dia menangis. Katanya, dia terharu dan sangat sangat bersyukur bisa berada di depan Ka'bah. Saya mengangguk. Malah saya jadi heran sendiri. Kok sama sekali saya tidak menangis. Saya paksa supaya menangis, namun nggak bisa.

Sebelum thawaf saya pandangi Ka'bah. Saya merasakan ada aura yang kuat sekali. Bagi mata saya, Ka'bah yang terlihat amat gagah dan berwibawa. Saya kucek-kucek mata saya, namun sekali lagi, kegagahan dan kewibawaan Ka'bah justru makin nampak jelas. Kemudian saya melakukan thawaf. Pada putaran terakhir, tercetus keinginan untuk menempelkan tangan saya dan mencium Ka'bah. Keanehan muncul.

Ketika tangan kiri sudah menempel di batu Ka'bah dan tangan kanan hendak saya gerakkan supaya menempel Ka'bah juga terus akan kucium. Tiba-tiba saja tangan kanan saya tidak bisa saya gerakkan bahkan tubuh saya juga. Saya paksa, namun gagal untuk mencium Ka'bah.


Ketika pikiran saya berputar-putar mencari jawaban atas keanehan itu, mendadak saya menangkap suara halus dan lembut, namun nadanya tegas.
" Jangan meniru mereka yang menciumi Ka'bah dan meratap seperti. Itu tidak benar. ". Sayapun lantas meneruskan putaran terakhir thawaf. Setelah selesai, saya sholat sunnah 2 rekaat di Hijr Ismail. Selesai berdo'a saya langsung keluar.

Niat saya mau mencium Hajar Aswad.
Saya berusaha ngotot untuk bisa mencium batu Hajar Aswad meskipun harus berdesak-desakkan. Ketika ada kesempatan untuk menciumnya, tiba-tiba saya terdorong kebelakang. Saya berusaha ke depan lagi, dan kejadian pertama berulang sampai 3 kali, Ketika saya hendak yang ke 4 kalinya mau berusaha ke depan lagi, tiba-tiba ada suara sayup-sayup

" Ikhlaskan saja ". Saya tengok kanan kiri, tidak ada siapa-siapa.

" Tidak ! Wong Rasulullah mencium Hajar Aswad kok ", bantah saya dalam hati.

Sayapun tetap berusaha untuk maju ke depan lagi, dan sekali lagi saya terlempar ke belakang lagi.


" Sudahlah ikhlaskan saja". Suara itu terdengar lagi.

Saya terus membantah dan tetap berusaha maju lagi. Pikir saya : pantang mundur.


Ketika gagal dan gagal lagi, yang ke 3 kalinya, tiba-tiba ada suara keras.


" Sudah ihklaskan saja ! ". Subhanallah ! Sayapun langsung istighfar dan menangis.

" Ya Allah, saya ikhlaskan " Saya duduk lemas di depan Ka'bah.

Ada pelajaran yang saya petik dari kejadian bahwa dalam keadaan apapun--apalagi nafsu tengah bergejolak-- meskipun mencium Hajar Aswad adalah sunnah--- namun yang jauh lebih penting adalah mentaati perintah Rasulullah untuk tidak menyakiti sesama orang Islam.

Ketika itu nafsu yang menguasai saya dan bukan saya yang menguasai nafsu. Keinginan besar untuk mencium Hajar Aswad mengharuskan saya berdesakkan, menyikut kanan kiri, mendorong orang yang sebenarnya adalah saudara saya, saudara sesama orang Islam, sehingga mereka kesakitan.

Duh...... Ya Ghafar, tanpa ampunanmu celakalah aku yang telah menyakiti saudaraku. sayapun menangis terguguk-guguk, memohon ampunan pada Allah. Dalam hati saya, saya berjanji untuk tidak lagi menyakiti saudara saya sesama orang Islam.

Ya Allah...segala puja dan puji hanyalah kepunyaanMU. Engkau turunkan apa itu arti ikhlas dan Engkau selamatkan aku dari dosa yang lebih banyak. Ya Allah....sujud sembahku hanya kepadaMU. Engkaulah Tuhanku yang Haq. Terima kasih ya Allah.....

1 komentar:

  1. ikhlas.... yang saya pahami harus melampaui tiga batasan waktu sebelum, pada sa'at dan setelahnya... ternyata masih ada ikhlas semata karena ingat kepada ALLah untuk merelakan nafsu yang mencoba menguasai diri yang hanya menyebabkan orang lain menderita / sakit.... subahanallah....

    BalasHapus

TIP : NIAT ZIARAH KE MASJID NABAWI

Assalamu'alaikum wr wb

Awal mulanya niatkanlah ziarah ke masjid Nabawi, sebab saya membaca ada sebuah hadist yang mengatakan bahwa niatkan berziarah hanya 3 tempat, yakni Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan Masjidil Aqsa.

Di bawah kubah Hijau adalah makam Rasulullah, yang jika dari pintu nomor satu, lurus terus ke kiri. Sedangkan batas Raudah--taman surga-- berada diantara 4 tiang dengan warna yang berbeda dengan tiang lainnya.

Sesampai di Raudah, mari kita ikuti apa yang pernah dilakukan sahabat Ibnu Umar. Ibnu Umar, jika masuk Raudah, sholat 2 rekaat, berdo'a kemudian segera meninggalkan Raudah.

Sesampainya di makam Nabi, beliau mengucapkan salam pada Nabi, Abu Bakar Dan Umar bin Khattab. Kemudian beliau berlalu.

Sebagaimana diketahui Ibnu Umar meniru Nabi sampai ha-hal kecil seperti ketika Nabi hendak menunaikan ibadah haji, beliau pernah berhennti sebentar di bawah pohon di suatu tempat, maka Ibnu Umar pun menirunya.

Karena Raudah tempatnya sangat terbatas, maka alangkah mulianya jika kita tidak berlama-lama di situ. Cukup seperti yang dilakukan Ibnu Umar.